take your time :)

Selasa, 28 Agustus 2012

Pope's Via Crusis at St. Catharina Church


“Habemus Papam”,
“Bianca.. Bianca!”
Seru-seruan terdengan sangat riuh di lapangan St. Petrus, hari Senin 16 Oktober 1978. Sungguh merupakan suatu peristiwa yang luar biasa pada hari itu, “Paus baru telah terpilih”.

Itulah salah satu segelintir tulisan yang terdapat di dalam gambar-gambar yang dipajang di halaman depan gereja St. Catharina TMII.  Akhir pekan tanggal 25-26 Agustus merupakan hari “sibuk” bagi para Cathariners yang tidak lain adalah seluruh umat Wilayah 1 dan Wilayah 7 di Paroki Kalvari termasuk orang mudanya, sebab pada saat itu mereka diminta untuk menjadi panitia dari event yang “wooow” ini.
Pameran ini berisi tentang Siapakah Karol Wojtyla, makhluk dari manakah dia, apa yang telah dia perbuat sehingga kita perlu mengapresiasikannya, mendoakannya, bahkan menjadikannya sebagai seorang Santo. Yaps, karena dia adalah Bapa Suci yang telah dipilih olehNya, untuk memimpin kita semua. Tidak hanya itu, dia telah memikat hati kita semua, benar kan?
Pasti terlintas dipikiran teman-teman, mengapa pameran ini diadakan di Gereja St. Catharina TMII, sebuah gereja kecil yang masuk dalam Paroki Kalvari Pondok Gede? Sebab pada tanggal 9-14 Oktober 1989 yang lalu, gedung gereja ini menjadi saksi bisu atas kedatangannya di Indonesia. Selain itu beliau pun menanam sebuah Pohon Beringin Putih, yang sekarang masih tumbuh dan berdiri dengan cantiknya di halaman depan gereja. Sebuah peristiwa sejarah yang patut kita kenang, kita “ulang kembali” dan kita abadikan. 
Antusiasme dari umat yang “hidup” gereja St. Catharina ini sangat tinggi. Terlihat dari persiapan yang mereka lakukan untuk menjadikan event ini menjadi event yang tidak akan dilupakan oleh semua orang. Mulai dari anak-anak, orang muda, orang tua, serta lansia pun tidak mau ketinggalan untuk ikut berpartisipasi demi lancarnya acara ini.
Pameran John Paul II ini diadakan 2 hari, Sabtu 25 Agustus, dan Minggu 26 Agustus yang dimulai pukul 09.00 sampai 22.00 di masing-masing harinya. Hari pertama berlangsung, antusiasme orang-orang belum begitu terlihat. Orang muda yang diminta sebagai petugas pameran (mencakup Guide) sempat mengeluh karena di pagi harinya yang berkunjung sangatlah sedikit. Menjelang sore, ketika akan dimulainya acara sarasehan bersama Bapak Cosmas Batubara yang merupakan mantan menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan seorang artis senior yaitu Adi Kurdi, orang-orang mulai berdatangan. Gairah yang dimiliki orang muda yang bertugas pun kembali muncul. Dengan ‘semangat 45”, mereka menggiring sekumpulan sekumpulan umat untuk menjalani John Paul II’s Via Crusis (jalan salib John Paul II) dari Masa Kecil Lolek(panggilan kecilnya) sampai Doa Di Atas Makam Putih yang disebar dalam 50 gambar. Acara berlangsung sampai jam 10 malam, umat yang hadir pun sangat banyak.
Hari kedua, Minggu 26 Agustus, banyak umat yang menyempatkan diri sehabis pulang misa, untuk berkeliling melihat jalan salib Bapa Suci kita. Di hari Minggu inilah yang ditunggu tunggu oleh seluruh umat PROKI Kalvari dan umat lain, karena akan ada Misa Syukur bersama Uskup dari Italia yaitu Padre Buono yang merupakan salah satu orang terdekat dari John Paul II.
Selain gambar-gambar yang dipajang, ada beberapa barang milik John Paul II yaitu topi merah kardinal, Monstran dan Piala-Piala yang digunakan saat mengadakan Misa di Indonesia, serta ada beberapa patung berbentuk setengah badan keatas dari Bapa Suci Sendiri.  Umat yang berkunjung di pameran ini sekaligus bisa mencicipi roti khas St. Catharina yang hanya ada di gereja St. Catharina TMII.
Kita sebagai kamu muda patut mensyukuri hadirnya seorang Bapa Suci yang sangat peduli dengan kamu muda. Beliau lah yang telah memprakarsai salah satu event besar yaitu World Youth Day. Ya, karena beliau, semangat kaum muda untuk melayani tetap terjaga sampai detik ini.
Inilah beberapa patah kata dari John Paul II bagi kita, orang muda-Nya,
“Kaum muda yang sering gelisah, penuh khayal dan angan muluk-muluk menanti pewartaan iman dan ajaran gereja secara jelas, mantap dan gembira. Sehingga tenaga mereka yang masih penuh dapat terarah dan dipakai untuk pengembangan hidup pribadi dan kehidupan masyarakat.”